Retrospeksi 80 tahun Indonesia Merdeka Melawan Intoleransi Dengan Toleransi Kirab Merah Putih dan Pancasila

Retrospeksi 80 tahun Indonesia Merdeka Melawan Intoleransi Dengan Toleransi Kirab Merah Putih dan Pancasila

Metro Nusantara News - Ketua Umum organisasi kemasyarakatan kebangsaan lintas agama, suku dan budaya Pejuang Nusantara Indonesia (PNIB) AR Waluyo Wasis Nugroho (Gus Wal) menyoroti maraknya aksi Intoleransi diberbagai daerah yang kian hari semakin massive di negeri ini menjelang 80 tahun kemerdekaan Indonesia.

Gus Wal menyampaikan krisis multidimensi yang sedang dialami bangsa ini tidak terjadi dengan tiba-tiba, tetapi melalui proses yang panjang dan tarik ulur politik kepentingan yang kuat. Persoalan ekonomi, penegakan hukum, keadilan dan pemerataan yang masih banyak ketimpangan membentuk keterpurukan bagi sebagian masyarakat kelas bawah.

"Apa yang dilihat oleh para pemangku kebijakan berbeda dengan fakta yang terjadi di sekitar kita. Mereka hanya tahu dari laporan bawahan, kabar sesama kolega yang cenderung ABS. Keamanan terkendali, ekonomi stabil, kehidupan sosial tetap harmonis itulah sebagian informasi yang disampaikan bawahan kepada atasan. Pada kenyataannya sesungguhnya seringkali terjadi sebaliknya. Rakyat marah kerena beras mahal dan kasus BBM oplosan, pajak naik berlipat-lipat, aksi intoleransi silih berganti terjadi di berbagai daerah" ujar Gus Wal

Gus Wal memaparkan bahwa dalam situasi seperti itu paham dan pengaruh asing ideologi transnasional Wahabi Khilafah Terorisme masuk menyelinap di tengah keputusasaan masyarakat kepada pemangku kebijakan. Mereka masuk menunggangi simbol-simbol keagamaan yang menjanjikan solusi mengatasi semua persoalan. Kebencian kepada kelompok tertentu yang menjadi penyebab keterpurukan rakyat didoktrinkan secara massif. Doktrin yang bisa merubah rasa kecewa menjadi dendam yang berujung kemarahan untuk kemudian menghancurkan.

"Para pelaku teroris, baik yang sudah tertangkap maupun yang menjadi pelaku bom bunuh diri sesalu memiliki dendam kepada kekuasaan yang selama ini menindasnya. Jiwa pemberontakan yang dipupuk oleh paham asing wahabi Khilafah terorisme membentuk mereka sebagai mesin pembunuh bernama teroris dan sikap intoleran" sambung Gus Wal

"PNIB lahir dari proses kekhawatiran pada fenomena terorisme dan intoleransi yang tumbuh akibat provokasi kelompok asing yang kian masih tumbuh subur diseantero negeri meski dengan senyap pasca JAT JAD HTI FPI Telah dibubarkan. Kami sekumpulan anak bangsa yang masih percaya bahwa ketegasan dan integritas seorang pemimpin bangsa dalam hal ini pemerintah dan aparat penegak hukum itu modal utama menyelesaikan persoalan multidimensi yang semakin bertumpuk" jelas Gus Wal.

Ketegasan dalam laku dan perbuatan tidak hanya dalam lisan, dan integritas yang berpihak kepada urusan rakyat daripada elite pendukung di sekitarnya.

PNIB menegaskan tentang sebuah pemahaman bahwa, gejolak sosial tidak muncul secara tiba-tiba. Kekecewaan masyarakat bawah kepada pemimpinnya lahir dari proses ketidakadilan yang mereka rasakan. Pembiaran paham asing wahabi Khilafah terorisme masuk menjadi penyubur aksi aksi Intoleransi diberbagai daerah, ketimpangan sosial, ekonomi dan keadilan yang ada.

"Sesering apapun PNIB bersama eleman masyarakat lain berupaya melawan intoleransi, radikalisme, terorisme jika tidak diimbangi kesadaran para elite untuk berpihak kepada rakyat maka upaya kami akan selalu membentur dinding tebal bernama kesenjangan. Jarak yang terlalu jauh antara yang kaya dan miskin, antara pejabat dan rakyat," papar Gus Wal.

Keserakahan akan menghasilkan penindasan dan rakyat yang ditindas akan melawan dengan berbagai cara. Menjadi teroris, radikal dan intoleran itu muncul sebagai bentuk perlawanan. Korbannya bukan para elite, tetapi sesama rakyat juga, urai Gus Wal.

"Pada momentum 80 tahun kemerdekaan bangsa ini, mari kita saling retrospeksi. Merenungkan ulang apa yang sedang terjadi. Indonesia dari tahun ke tahun menjadi lebih harmonis atau sebaliknya, itu ukuran kedewasaan bangsa yang sesungguhnya. Salam Indonesia tanpa koma. Lawan Intoleransi dengan toleransi dan lebih membumikan nan menggemakan Pancasila, merah putih dan menguatkan Nasionalisme Kebangsaan, Toleransi Moderasi Beragama, adat dan budaya Nusantara (NASAB)" pungkas Gus Wal